Jumlah orang Indonesia yang terkena kanker semakin meningkat. Kondisi ini diketahui dipengaruhi oleh berbagai faktor, tapi sebenarnya kebiasaan hidup orang Indonesia seperti apa yang bisa memicu kanker?
Dokter yang sering menangani masalah kanker yakni dr Sonar Sony Panigoro, SpB(K)Onk dan DR Dr Aru Sudoyo, SppD, K-HOM, FINASIM, FACP mencatat ada beberapa kebiasaan orang Indonesia yang bisa memicu kanker.
Kebiasaan orang Indonesia yang bisa memicu kanker itu antara lain:
1. Merokok
Kandungan nikotin, tar dan zat beracun rokok lainnya bisa memicu berbagai jenis kanker diantaranya kanker paru, kanker mulut terutama pada orang yang mengunyah tembakau, kanker larynx, nasofaring, esophagus dan colon (usus besar).
2. Suka makan yang serba digoreng
Makanan yang digoreng pada suhu tinggi seperti kentang goreng atau gorengan bisa memicu terbentuknya senyawa akrilamid yang efeknya menyebabkan kerusakan pada inti sel. Serta beberapa senyawa seperti formalin atau boraks yang diketahui bisa bertindak seperti karsinogen.
3. Suka makanan berlemak dan berkabohidrat tinggi
Makanan tinggi lemak membuat kotoran lambat keluar, jaringan tumbuh yang tidak terkontrol dan memicu kanker usus besar.
4. Tidak suka makan sayuran
Serat mampu mengatur kadar gula darah dan menurunkan kadar kolesterol darah. Makanan yang mengandung serat akan membantu memperlancar keluarnya kotoran dari dalam usus.
Tapi jika hanya sedikit atau tidak tersedia serat sama sekali maka sisa-sisa makanan ini akan menumpuk di usus besar yang lama-kelamaan bisa menimbulkan masalah serius salah satunya adalah usus besar.
5. Kurang banyak bergerak
Tubuh manusia didesain untuk selalu bergerak sehingga sangat dianjurkan untuk rajin bergerak atau olahraga.
Orang yang jarang bergerak akan membuat tubuhnya gemuk dan bergelambir karena kelebihan lemak. Kurang olahraga juga menyebabkan wajah seseorang cenderung tampak lesu, letih sepanjang hari dan kurang bergairah.
Risiko kanker pada pria meningkat 45 persen akibat tidak pernah berolahraga, sementara pada wanita peningkatannya lebih kecil yakni 28 pesen.
6. Malas melakukan pemeriksaan berkala meski badan sudah ada gejala
Untuk itu pemeriksaan untuk kanker yang mudah dideteksi seperti payudara dan juga serviks perlu lebih digalakkan lagi sebagai bentuk deteksi dini
Meski beberapa orang beranggapan kanker adalah penyakit yang diturunkan oleh gen dalam keluarganya dan faktor keturunan tetap mempengaruhi, namun ada banyak faktor lain yang bisa turut menyumbang terutama dari kebiasaan atau perilaku orang tersebut.
"Beberapa faktor risiko antara lain merokok, diet tinggi lemak dan karbohidrat, kurang serat, kurang beraktivitas serta kurang rajin melakukan pemeriksaan berkala," ujar dr Sonar Sony Panigoro, SpB(K)Onk, saat dihubungi detikHealth, Rabu (27/6/2012).
dr Sonar menuturkan kanker dianggap penyakit akibat kerusakan gen, sedangkan tubuh manusia terdiri dari puluhan ribu gen sehingga setiap hal yang dapat menyebabkan kerusakan gen secara teori dapat memicu kanker.
Sementara itu DR Dr Aru Sudoyo, SppD, K-HOM, FINASIM, FACP menuturkan untuk rokok bisa memicu berbagai jenis kanker diantaranya kanker paru, kanker mulut terutama pada orang yang mengunyah tembakau, kanker larynx, nasofaring, esophagus dan colon (usus besar).
Sedangkan untuk makanan bisa dipengaruhi oleh jenis makanan itu sendiri, kandungan senyawa dalam makanan serta cara pengolahan atau memasaknya. Untuk makanan tinggi lemak membuat kotoran lambat keluar, jaringan tumbuh yang tidak terkontrol dan memicu kanker usus besar.
Makanan yang digoreng pada suhu tinggi seperti kentang goreng atau gorengan bisa memicu terbentuknya senyawa akrilamid yang efeknya menyebabkan kerusakan pada inti sel. Serta beberapa senyawa seperti formalin atau boraks yang diketahui bisa bertindak seperti karsinogen.
Meski begitu dr Sonar mengungkapkan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjauhkan diri dari kanker antara lain mengurangi makanan tinggi lemak, cukup serat, beraktivitas fisik, cukup istirahat, mendapatkan minum atau cairan serta melakukan pemeriksaan berkala.
"Untuk itu pemeriksaan untuk kanker yang mudah dideteksi seperti payudara dan juga serviks perlu lebih digalakkan lagi sebagai bentuk deteksi dini," ujar dr Sonar yang merupakan staf pengajar di Departemen Ilmu Bedah FKUI/RSCM.
dr Sonar mengungkapkan jika sudah terkena kanker maka dibutuhkan dukungan yang baik dari orang-orang sekitar dan juga lingkungan karena umumnya paket pengobatan untuk kanker cukup panjang, melelahkan, mahal dan kadang hasil pengobatannya kurang memuaskan sehingga bisa memicu depresi.
(detik.com)
0 komentar:
Posting Komentar