Para ahli mengatakan bahwa saat tubuh mengalami alergi, ada hal lain di dalam tubuh yang sedang terjadi. Alergi sebenarnya merupakan pertahanan tubuh untuk menghalau parasit penyakit. Alergi berkembang karena tubuh mersepon adanya parasit, namun berubah salah sasaran sehingga zat yang tidak berbahaya seperti serbuk sari dan debu juga dapat memicu alergi.
"Namun pemicu alergi dari lingkungan dan makanan memiliki banyak kesamaan dengan parasit. Ada penjelasan mengapa sistem kekebalan tubuh bisa sampai merespon sesuatu yang bukan mikroba berbahaya," kata Ruslan Medzhitov, profesor immunobiology di Yale School of Medicine seperti dilansir CNN, Kamis (26/4/2012).
Dalam sebuah artikel yang dimuat jurnal Nature, Medzhitov dan rekannya menyelidiki apakah ada penjelasan lain untuk alergi? Pada kesimpulannya, ia berpendapat bahwa alergi sebenarnya dimaksudkan untuk menghilangkan zat berbahaya dari tubuh.
Pada kasus alergi musiman terhadap pohon atau serbuk sari, gejala yang umum terjadi biasanya pilek, mata berair dan banyak memproduksi lendir dalam sistem pernapasan. Semua ini memiliki efek yang sama, yaitu mencoba mengusir sesuatu dari tubuh yang tidak diinginkan.
Demikian pula ketika kulit terasa gatal karena tersentuh pemicu alergi, keinginan untuk menggaruk memiliki efek menghilangkan partikel yang bersentuhan dengan kulit. Tapi terkadang kondisi ini berubah menjadi ekstrim, yaitu rasa gatal yang tak terkendali dan tak lagi bermaksud menyingkirkan zat yang berbahaya bagi kulit.
Gejala alergi makanan termasuk muntah dan diare juga berupaya mengusir zat yang tidak diinginkan. Reaksi yang paling parah dan mematikan adalah pembengkakan mulut atau tenggorokan dan bahkan gangguan pernapasan. Ini merupakan bentuk ekstrim dari reaksi alergi yang normal namun berkembang di luar kendali dan dapat menyebabkan kematian.
"Ada beberapa jenis alergi yang bermaksud menjalankan tugas penting yang bermanfaat bagi tubuh. Namun jika mekanisme ini menjadi tidak terkontrol, maka dapat menyebabkan masalah," kata Medzhitov.
Beberapa orang memiliki reaksi ekstrim sedangkan orang lainnya tidak. Menurut Medzhitov, ada komponen tertentu dari makanan yang kita makan sehari-hari dan efeknya pada tubuh masih belum diketahui dengan pasti. Mungkin ada bahan kimia tertentu dalam beberapa makanan yang memiliki efek berbahaya pada sel-sel tubuh yang sedikit beracun.
Produksi lendir pada orang yang terserang alergi meningkatkan perlindungan dari polutan di udara karena menyebabkan tubuh lebih sedikit menghirup polutan. Jika polutan bersifat karsinogenik, orang yang mengalami alergi akan lebih terlindungi terhadap beberapa jenis kanker dari waktu ke waktu. Tubuh akan bereaksi menghindari lingkungan berbahaya sehingga dapat terhindar dari risiko.
Sebuah penelitian tahun 2011 menunjukkan bahwa alergi dapat mencegah glioma, bentuk paling umum dari tumor otak. Namun penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendukung kesimpulan ini.
"Kami percaya bahwa alergi berkembang untuk mengetahui adanya zat berbahaya di lingkungan. Setelah terpapar pemicu alergi pertama kali, sistem kekebalan akan mengingat pemicu alergi dan paparan berikutnya akan merangsang respon yang membantu meminimalkan efek yang berpotensi bahaya," kata Medzhitov.
Menurut Medzhitov, beberapa orang memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mendetoksifikasi zat-zat dibandingkan orang lain. Dan orang-orang yang kurang memiliki mekanisme detoksifikasi ini mengalami alergi bukan untuk sistem pertahanan diri.
Detik.com
0 komentar:
Posting Komentar