Penelitian European Space Agency (ESA) di International Space Station
(ISS) mengungkap bahwa lumur kerak mampu bertahan dari kondisi ekstrim
di antariksa dan tetap hidup.
Lumut kerak sebelumnya dikirim ke
antariksa dalam paket Expose-E Experiment pada tahun 2008. Lumut kerak
tidak diberi perlakuan khusus, berbeda dengan astronot di ISS.
"Kami mengeksplorasi batas-batas kehidupan," kata Rene Demets dario ESA seperti dikutip Science Daily, sabtu (23/6/2012).
Lumut
kerak harus menghadapi radiasi Matahari dan perubahan temperatur antara
-12 derajat Celsius hingga lebih dari 40 derajat Celsius. Setelah 18
bulan, sampel dikembalikan ke Bumi pada tahun 2009.
Hasil riset
menunjukkan, tanpa proteksi atmosfer Bumi yang menyerap radiasi dan
menstabilkan temperatur, lumut kerak tetao bisa hidup. saat dikembalikan
ke Bumi, lumut kerak tumbuh secara normal.
Pada kondisi yang
tidak menguntungkan, Rene menjelaskan, "Organisme ini akan memasuki masa
dormansi menunggu kondisi yang lebih baik untuk hidup normal."
Hasil
studi ini membuka banyak peluang. Pertama, secara saintifik, membuka
kemungkinan bahwa makhluk hidup di Bumi berasal dari luar angkasa.
Studi
menunjukkan kebenaran teori panspermia, bahwa kehidupan bisa menyebar
antar planet, bahkan antar tata surya. Organisme mungkin menumpang
asteroid untuk menyebar ke planet lain.
Berdasarkan hal tersebut, sangat mungkin bagi manusia untuk meneybarkan benih kehidupan ke planet-planet lainnya.
Dari
sisi bisnis dan kesehatan, kemampuan lumut kerak bertahan melawan
radiasi juga berprospek. Lumut kerak bisa dikembangkan menjadi tabir
surya yang ampuh melindungi kulit.
0 komentar:
Posting Komentar